Fungsi dan Jenis Tindak tutur Ilokusi dalam Komik Serial Anak Islam Di Majalah UMMI

BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang Masalah
Bahasa merupakan alat komunikasi yang paling efektif digunakan oleh manusia untuk melakukan tuturan dengan lingkungannya. Tuturan manusia dapat diekspresikan melalui media massa baik lisan maupun tulisan. Dalam media lisan, pihak yang melakukan tindak tutur adalah penutur (pembicara) dan mitra tuturnya (penyimak), sedangkan dalam media tulis, tuturan disampaikan oleh penulis (penutur) kepada mitra tuturnya, yaitu pembaca. Sementara, untuk tuturan melalui media penutur dapat mengekspresikan tulisannya baik lisan maupun tulisan dengan memanfaatkan media massa. Media massa yang dapat dimanfaatkan untuk tuturan lisan adalah media elektronik, seperti televisi dan radio. Sedangkan untuk media cetak seperti majalah, tabloid, dan surat kabar merupakan sarana cetak yang dapat dimanfaatkan oleh penulis (penutur) untuk disampaikan kepada pembaca (mitra tutur) dengan tujuan agar apa yang disampaikannya melalui media tulis mendapatkan respon dari para pembacanya (mitra tutur).



Media tulis yang banyak dikonsumsi oleh banyak masyarakat baik dikalangan remaja maupun dewasa salah satunya yaitu majalah. Keterkaitan masyarakat terhadap majalah dikarenakan penyajian serta pengemasan yang dibuat semenarik mungkin oleh penerbit, dengan maksud agar pembaca tertarik untuk membeli atau membaca majalah tersebut. Selain itu, majalah juga banyak jenisnya, antara lain majalah seputar keagamaan, seputar  kehidupan atau gaya hidup remaja dan lain-lain. Majalah yang mengkaji seputar agama khususnya agama Islam salah satunya adalah majalah Ummi. Majalah Ummi merupakan majalah yang berisi informasi berupa hiburan maupun pendidikan. Bagian hiburan yang terdapat dalam majalah Ummi diantaranya cerpen (cerita pendek) dan komik, sedangkan bagian pendidikan berisikan pengetahuan baik cerita atau kisah-kisah maupun fenomena-fenomena yang terjadi dikehidupan sehari-hari di lingkungan masyarakat. Akan tetapi, penelitian ini hanya mengkaji satu objek penelitian, yaitu komik yang terdapat pada bagian hiburan dalam majalah Ummi.
Komik merupakan salah satu alat komunikasi massa yang memberikan pendidikan, baik untuk anak-anak maupun orang dewasa (Lubis dalam Rahayuningsih 2005:19). Selain itu, komik adalah bahan bacaan yang ringan dan menarik. Sebagai salah satu alat komunikasi, komik juga dapat melatih daya imajinasi setiap pembacanya yang diwujudkan dalam bentuk gambar dan teks (bahasa tulisan), karena gambar dapat berfungsi untuk membantu pembaca dalam mengimajinasikan informasi yang dibaca.
Bahasa tulisan yang terdapat dalam komik mengikuti gambar yang terdapat dalam komik. Bahasa dalam komik mampu menyampaikan informasi secara efektif dan efisien melalui gambar dan teks. Bahasa dalam komik bertujuan untuk alat komunikasi antara penulis dan pembacanya. Tuturan dapat memunculkan daya pengaruh terhadap mitra tutur untuk melakukan sesuatu. Tuturan yang demikian disebut tindak tutur atau tindak ujar.
Tindak tutur sebagai wujud peristiwa komunikasi bukanlah peristiwa yang terjadi dengan sendirinya, melainkan mempunyai fungsi, mengandung maksud, dan tujuan tertentu serta dapat menimbulkan pengaruh atau akibat pada mitra tutur. Tarigan (1990:145) mengemukakan bahwa komunikasi mempunyai fungsi yang bersifat purposif, mengandung maksud dan tujuan tertentu, dan dirancang untuk menghasilkan efek, pengaruh, akibat, pada lingkungan para penyimak dan para pembicara. Demikian halnya dengan komik yang dibuat oleh penulis kepada pembacanya.
Komunikasi dengan bahasa membuat setiap orang dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Dengan bahasa pula orang dapat mempelajari kebiasaan, kebudayaan, dan latar belakang peserta komunikasi masing-masing. Komunikasi merupakan proses di mana seseorang menyampaikan rangsangan-rangsangannya (biasanya lambang-lambang dalam bentuk kata-kata) untuk mengubah tingkah laku orang lain. Komunikasi juga diartikan sebagai pengiriman atau penerimaan pesan yang dimaksudkan dapat dipahami.
Berkenaan dengan bermacam-macam maksud yang mungkin berkomunikasi, Leech (1983) berpendapat bahwa sebuah tindak tutur yaitu mencakupi : (1) penutur dan mitra tutur; (2) konteks tuturan; (3) tujuan tuturan; (4) tindak tutur sebagai bentuk tindakan atau aktivitas; (5) tuturan sebagai produk tindak verbal.
Tuturan mempunyai tujuan dan maksud tertentu untuk menghasilkan komunikasi. Tujuan tuturan merupakan salah satu aspek yang harus hadir di dalam suatu tuturan. Karena yang dimaksud dalam tujuan tuturan tersebut yakni upaya untuk menyampaikan informasi, menyampaikan berita, membujuk, menyarankan, memerintah dan sebagainya. Dalam hal ini seorang penutur harus mampu meyakinkan mitra tuturnya atas maksud tuturannya.
Rustono (1999:29) mengemukakan bahwa tujuan tuturan adalah apa yang ingin dicapai penutur dengan melakukan tindakan bertutur. Tujuan tuturan ini merupakan hal yang melatarbelakangi tuturan. Tuturan seseorang memiliki sebuah tujuan. Hal ini berarti tidak mungkin ada tuturan yang tidak mengungkapkan suatu tujuan.
Dipilihnya majalah Ummi sebagai sumber data penelitian ini, dikarenakan majalah Ummi adalah majalah yang dapat menghibur sekaligus mendidik para pembacanya terutama pengetahuan tentang agama Islam. Majalah Ummi terbit dua kali dalam seminggu. Disetiap edisinya disajikan informasi-informasi yang terbaru dengan fenomena-fenomena yang nyata terjadi dikehidupan sehari-hari dalam masyarakat. Akan tetapi, penelitian ini dikhususkan pada komik yang terdapat dalam majalah Ummi, karena komik yang disajikan pada majalah Ummi ini dirasa dapat memberikan pengetahuan kepada pembacanya. Berdasarkan alasan tersebut peneliti tertarik untuk meneliti lebih jauh tentang wacana komik di majalah Ummi, terutama masalah tindak tutur. Untuk itu, penelitian ini akan mengkaji jenis dan fungsi tindak tutur dalam wacana komik di majalah Ummi.

B.       Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1.  Jenis tindak tutur ilokusi apa saja yang digunakan dalam wacana komik di majalah Ummi?
2.  Fungsi tindak tutur ilokusi apa saja yang digunakan dalam wacana komik di majalah Ummi?

C.      Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan :
1.  Mendeskripsikan jenis tindak tutur ilokusi yang digunakan dalam wacana komik di majalah Ummi?
2.  Mengidentifikasi fungsi tindak tutur ilokusi yang digunakan dalam wacana komik di majalah Ummi?

D.      Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dalam penelitian ini yaitu manfaat  praktis dan manfaat teoretis.
1.  Manfaat Praktis
                 Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat terhadap perkembangan ilmu bahasa dalam bidang pragmatik pada umumnya dan khususnya tentang kajian tindak tutur.
2.  Manfaat Teoretis
                 Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu bahan acuan yang bermanfaat untuk berbagai kepentingan khususnya di bidang pragmatik. Bagi para peneliti bahasa maupun para pembaca, penelitian ini dapat menambah dan memperluas pengetahuan tentang pragmatik terutama kajian tindak tutur. 

BAB II
LANDASAN TEORETIS

A.      Tindak Tutur
Menurut Rustono (1999:33), bahwa tindak tutur merupakan entitas yang bersifat sentral di dalam pragmatik. Entitas ini merupakan dasar bagi analisis topik-topik lain bidang ini seperti praanggapan, perikutan, implikatur percakapan, prinsip kerjasama, dan prinsip kesantunan. Kajian yang tidak mendasarkan analisisnya pada tindak tutur bukanlah kajian pragmatik dalam arti yang sebenarnya.
Gunarwan (dalam Rustono 1999:33) menyatakan bahwa mengujarkan sebuah tuturan dapat dilihat sebagai melakukan tindakan (act), di samping memang mengucapkan (mengujarkan) tuturan itu. Aktivitas mengujarkan atau menuturkan tuturan dengan maksud tertentu itu merupakan tindak tutur atau tindak ujar (speech act).
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tindak tutur adalah aktivitas tindakan dengan menuturkan sesuatu.

B.       Jenis Tindak Tutur
Searle dalam bukunya Speech Act: An Essay in Philosophy of Language (dalam Wijana 1996:17) mengemukakan bahwa secara pragmatis setidak-tidaknya ada tiga jenis tindakan yang dapat diwujudkan oleh seorang penutur yakni tindak lokusi (locutionary act), tindak ilokusi (ilocutionary act), dan tindak perlokusi (perlocutionary act).
1.    Tindak Lokusi
Rustono (1999:35) bahwa lokusi atau lengkapnya tindak lokusi merupakan tindak tutur yang dimaksudkan untuk menyatakan sesuatu.
Di dalam tindak lokusi tidak mempermasalahkan maksud atau fungsi tutur. Pernyataan yang diajukan berkenaan dengan lokusi ini adalah apakah makna tuturan yang diucapkan itu. Lokusi semata-mata tindak tutur atau tindak bertutur, yaitu tindak mengucapkan sesuatu dengan kata-kata. Makna kata dalam tuturan ilokusi itu sesuai dengan makna kata di dalam kamus.
Tindak lokusi adalah tindak tutur yang relatif paling mudah untuk diidentifikasi karena pengidentifikasiannya cenderung dapat dilakukan tanpa menyertakan tindak lokusi sebenarnya tidak atau kurang begitu penting peranannya untuk memahami tindak tutur (Parker dalam Wijana 1996:18).
2.    Tindak Ilokusi
Tindak ilokusi merupakan tindak tutur yang mengandung maksud dan fungsi atau daya tuturan (Rustono 1997:37). Tindak ilokusi tidak mudah diidentifikasi. Hal itu terjadi karena tindak ilokusi itu berkaitan dengan siapa bertutur kepada siapa, kapan dan di mana tindak tutur dilakukan pada tindak tutur ilokusi perlu disertakan konteks tuturan dalam situasi tutur.
Tindak tutur ilokusi adalah tindak tutur yang mengandung maksud dan fungsi atau daya ujar. Tindak tutur ilokusi dapat diidentifikasi sebagai tindak tutur yang berfungsi untuk menginformasikan sesuatu dan melakukan sesuatu (Wijana 1996:18).
Leech (dalam Rustono 1999:38) untuk memudahkan identifikasi ada beberapa verba yang memadai tindak tutur ilokusi. Beberapa verba itu antara lain melaporkan, mengumumkan, bertanya, menyarankan, berterimakasih, mengusulkan, mengakui, mengucapkan selamat, berjanji, mendesak, dan sebagainya.
Sedangkan Searle (dalam Rustono 1999:39-43) membuat klasifikasi dasar tuturan yang membentuk tindak tutur ilokusi menjadi lima jenis, yaitu representatif, direktif, ekspresif, komisif, dan deklarasi.
a.    Tindak Tutur Representatif
Tindak tutur representatif adalah tindak tutur yang mengikat penuturnya akan kebenaran atas apa yang diujarkan. Jenis tindak tutur ini kadang-kadang disebut juga tindak tutur asertif. Adapun yang termasuk ke dalam jenis tindak tutur ini adalah tuturan-tuturan menyatakan, menuntut, mengakui, melaporkan, menunjukkan, menyebutkan, memberikan kesaksian, berspekulasi, dan sebagainya.
b.    Tindak Tutur Direktif
Tindak tutur direktif atau tindak tutur impositif adalah tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya agar mitra tutur melakukan tindakan yang disebutkan di dalam tuturan itu. Yang termasuk dalam tindak tutur jenis ini antara lain memaksa, mengajak,meminta, menyuruh, menagih, mendesak, memohon, menyarankan, memerintah, memberikan aba-aba, dan menantang.
c.    Tindak Tutur Ekspresif
Tindak tutur ekspresif adalah tindak tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya agar ujarannya diartikan sebagai evaluasi tentang hal yang disebutkan di dalam tuturan itu. Tuturan-tuturan yang termasuk dalam tindak tutur ekspresif yaitu memuji, mengucapkan terima kasih, mengkritik, mengeluh, menyalahkan, mengucapkan selamat, dan menyanjung.
d.   Tindak Tutur Komisif
Tindak tutur komisif adalah tindak tutur yang mengikat penuturnya untuk melaksanakan apa yang disebutkan di dalam tuturannya. Tuturan yang termasuk ke dalam jenis tindak komisif yaitu berjanji, bersumpah, mengancam, menyatakan kesanggupan.
e.    Tindak Tutur Deklarasi
Tindak tutur deklarasi adalah tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya untuk menciptakan hal (status, keadaan, dan sebagainya) yang baru. Mengesahkan, memutuskan, membatalkan, melarang, mengizinkan, mengabulkan, mengangkat, menggolongkan, mengampuni merupakan tuturan yang termasuk ke dalam jenis tindak tutur deklarasi.
3.    Tindak Tutur Perlokusi
Tindak tutur perlokusi adalah tuturan atau ujaran yang diucapkan oleh penutur yang mempunyai efek atau daya pengaruh terhadap mitra tutur.
Leech (dalam Rustono 1999:39) menyatakan bahwa ada beberapa verba yang dapat menandai tindak tutur perlokusi. Beberapa verba itu antara lain membujuk, menipu, mendorong, membuat jengkel, menakut-nakuti, menyenangkan, melegakan, mempermalukan, menarik perhatian, dan sebagainya.
Tindak tutur perlokusi dapat menghasilkan efek atau daya ujaran terhadap mitra tutur hasilnya rasa khawatir, rasa takut, cemas, sedih, senang, putus asa, kecewa, takut dan sebagainya.

C.      Aspek-aspek Situasi Tutur
Menurut Leech (1993:19-21) membagi aspek situasi tutur atas lima bagian yaitu: (1) penutur dan mitra tutur, (2) konteks tutur, (3) tindak tutur sebagai bentuk tindakan atau kegiatan, (4) tujuan tuturan, (5) tuturan sebagai produk tindak verbal.
(1) Penutur dan mitra tutur. Penutur adalah orang yang bertutur, yaitu orang yang menyatakan fungsi pragmatis tertentu di dalam peristiwa komunikasi. Sementara itu, mitra tutur adalah orang yang menjadi sasaran sekaligus kawan penutur di dalam pentuturan. (2) Konteks tutur. Dalam tata bahasa konteks tuturan itu mencakupi semua aspek fisik atau latar sosial yang relevan dengan tuturan yang diekspresi. (3) Tindak tutur sebagai bentuk tindakan atau kegiatan, adalah bahwa tindak tutur itu merupakan tindakan juga. (4) Tujuan tuturan yaitu apa yang ingin dicapai penutur dengan melakukan tindakan bertutur. (5) Tuturan sebagai produk tindak verbal. Tindakan manusia itu dibedakan menjadi dua, yaitu tindakan verbal dan tindakan nonverbal. Berbicara atau bertutur itu adalah tindakan verbal. Karena tercipta melalui tindakan verbal, tuturan itu merupakan produk tindak verbal.

D.      Fungsi Tindak Ilokusi
Searle (dalam Leech yang diindonesiakan Oka 1993:162), bahwa fungsi ilokusi dapat diklasifikasikan menjadi empat jenis sesuai dengan hubungan fungsi-fungsi tersebut dengan tujuan-tujuan sosial berupa pemeliharaan perilaku yang sopan dan terhormat. Adapun fungsi tindak ilokusi antara lain kompetitif, menyenangkan, bekerja sama, dan bertentangan.

E.       Hakikat Komik
                  Komik berasal dari bahasa Inggris comics yang merupakan perwujudan utama dari gejala sastra gambar, sedangkan istilah komik dalam bahasa Prancis dikenal istilah bande dessinee yang memiliki arti sama dengan komik bersambung yang dimuat dalam surat kabar. Di Indonesia kata komik diterima secara umum untuk menyebut sastra gambar. Menurut Rohani (dalam Setiawan 2002:22) komik adalah suatu kartun yang mengungkapkan karakter dan memerankan cerita dalam urutan yang erat dihubungkan dengan gambar dan dirancang untuk memberi hiburan kepada pembaca.
                  Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media komik adalah alat komunikasi untuk menyampaikan ide atau gagasan berupa buku yang berisi cerita bergambar yang enak dicerna dan dapat memberikan pendidikan.

BAB III
METODE PENELITIAN

A.      Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ada dua, yaitu pendekatan teoretis dan pendekatan metodologis. Pendekatan secara teoretis dalam penelitian ini menggunakan pendekatan pragmatis. Pendekatan pragmatis adalah pendekatan penelitian dalam ilmu bahasa yang mengkaji makna ujaran dalam situasi-situasi tertentu. Cakupan dalam penelitian ini meliputi hubungan timbal balik antara jenis dan fungsi tuturan yang secara implicit mencakupi penggunaan bahasa, komunikasi, konteks dan penafsiran (Rustono 1999:4).
Pendekatan penelitian yang kedua yaitu pendekatan secara metodologis yang terbagi menjadi dua pendekatan, yaitu pendekatan kualitatif dan pendekatan deskriptif. Pendekatan kualitatif yang berkaitan dengan data yang tidak berupa angka-angka, tetapi berupa penggunaan bentuk-bentuk bahasa. Pendekatan deskriptif adalah metode yang hanya memaparkan data empiris penggunaan bahasa Tanya mempertimbangkan benar salahnya penggunaan bahasa. Berdasarkan pendekatan-pendekatan tersebut, tujuan yang hendak dicapai sehubungan dengan topik penelitian ini adalah mendeskripsi jenis dan fungsi tindak tutur dalam komik serial anak Islam di majalah Ummi.

B.       Data dan Sumber Data
Data dalam penelitian ini berupa penggalan tuturan  komik anak shaleh di majalah Ummi  yang diduga mengandung tindak tutur. Data tersebut bersumber pada komik serial anak Islam di majalah Ummi. Majalah Ummi dipilih sebagai sumber data dalam penelitian ini karena, di dalamnya selain menyajikan komik, terdapat pula ilmu pengetahuan tentang seputar agama Islam, serta fenomena-fenomena nyata yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari yang dapat mendidik dan menambah pengetahuan bagi pembacanya terutama anak-anak. Sumber data dalam penelitian ini adalah jenis dan fungsi tindak tutur di majalah Ummi, edisi yang digunakan sebagai sumber data yaitu dari tahun 2000 Sampai dengan tahun 2007. Adapun datanya sebagai berikut: No.5/XII September-Oktober 2000, No.12/XIII April-Juni 2002, No.9/XV Februari-Maret 2004, No.7/XVIII November 2006, No.08/XIX Desember 2007.

C.      Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik simak dan teknik catat. Teknik simak dilakukan dengan menyimak yaitu menyimak penggunaan bahasa. Teknik simak dalam penelitian ini menggunakan teknik Simak Bebas Libat Cakap (SBLC), maksudnya si peneliti hanya berperan sebagai pengamat penggunaan bahasa oleh para informannya. (Mahsun 2007:93).
Adapun teknik catat dilakukan dengan pencatatan pada kartu data yang segera dilanjutkan dengan klasifikasi atau pengelompokkan. Data yang dikumpulkan, dan disimpan atau dicatat dalam kartu data. Pencatatan dapat dilakukan langsung ketika teknik pertama selesai (teknik simak) dan dengan menggunakan alat tulis tertentu (Mahsun 2007:93). 

D.      Metode dan Teknik Analisis Data
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode heuristik, yaitu jenis tugas pemecahan masalah yang dihadapi penutur dalam menginterpretasi sebuah tuturan atau ujaran (Leech 1993:16). Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini berupa mengidentifikasi jenis tindak tutur ilokusi dan fungsi tindak tutur ilokusi pada penggalan wacana dengan merumuskan hipotesis-hipotesis dan kemudian mengujinya berdasarkan data-data yang tersedia. Apabila proses analisis hipotesis tidak teruji, maka akan dibuat hipotesis yang baru. Seluruh proses ini terus menerus akan berulang sampai akhirnya tercapai suatu pemecahan masalah, yaitu berupa hipotesis yang teruji kebenarannya dan tidak bertentangan dengan bukti yang ada.
  
E.       Metode dan Teknik Pemaparan Hasil Analisis Data
Pemaparan hasil analisis data ini merupakan paparan mengenai tindak tutur yang digunakan dalam komik serial anak Islam di majalah Ummi. Pemaparan hasil analisis ini menggunakan metode informal, yaitu perumusan data yang berbentuk tuturan dan bukan data yang berupa angka.
  
BAB IV
JENIS DAN FUNGSI TINDAK TUTUR ILOKUSI DALAM KOMIK SERIAL ANAK ISLAM DI MAJALAH UMMI

A.   Jenis Tindak Tutur Ilokusi dalam Majalah Ummi
1.  Tindak Tutur Representatif Melaporkan
                        Tuturan melaporkan juga termasuk dalam tindak ilokusi representatif. Tuturan melaporkan merupakan tuturan yang juga menuturkan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Ini terdapat pada tuturan berikut.
      
KONTEKS    :     SEDANG BERADA DI HALAMAN RUMAH MEREKA MELIHAT ADA 2 ORANG ANAK LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN YANG SEBAYA DENGAN MEREKA
       Habib             :     “Hilwa....
       Liat deh! Ada tetangga baru!”
       Hilwa             :     “Asyiik...
      Punya teman baru lagi”
       (Ummi/5/XII/Sept-Okt/2000)

                                             Tindak ilokusi representatif melaporkan tersebut ditunjukkan pada tuturan Liat deh! Ada tetangga baru!, maksudnya Habib melaporkan kepada Hilwa bahwa mereka mempunyai tetangga baru. Kebenaran tindak ilokusi representatif melaporkan ini adalah apa yang dituturkan sesuai dengan kenyataan, dalam hal ini penutur pada saat itu melaporkan kepada mitra tutur bahwa penutur mendapatkan tetangga baru yang berarti dia mendapat teman baru.
2.  Tindak Tutur Direktif Mengajak
                 Tuturan mengajak merupakan tuturan yang mempengaruhi mitra tutur untuk melakukan suatu tindakan. Penggalan tuturan yang menunjukkan adanya tuturan mengajak dapat dilihat pada tuturan berikut ini.

    KONTEKS     :    HILWA SEDANG BERCAKAP-CAKAP DENGAN HANA
    Hana               :     ”Kami pindahan dari Bandung”
    Hilwa             :     ”Ooo... Ke rumahku yuk!”
    (Ummi/5/XII/Sept-Okt/2000)

                     Tuturan ”ke rumahku yuk!”, dituturkan oleh Hilwa kepada tetangga barunya Hana, dengan maksud untuk mengajak ke rumahnya. Kutipan tersebut termasuk ke dalam tindak tutur direktif mengajak, karena tuturan tersebut berisi ajakan yang dilakukan oleh Hilwa kepada tetangga barunya Hana untuk berkunjung ke rumahnya.

KONTEKS     :    HILWA DAN KEDUA TEMANNYA SEDANG BERCAKAP-CAKAP DI TAMAN
Hilwa             :     ”Ke rumahku Yuk!”
Teman 1         :     ”Wah! Ada apa Nich!”
Teman 2         :     ”Kalau ada yang istimewa, boleh juga tuh!”
(Ummi/12/XIII/April-Juni 2002)

                         Tuturan ”Ke rumahku Yuk!”, dituturkan oleh Hilwa kepada temannya, dengan maksud untuk mengajak ke rumahnya. Oleh karena itu kutipan tersebut termasuk ke dalam tindak tutur direktif mengajak, karena tuturan tersebut berisi ajakan yang dilakukan oleh Hilwa kepada temannya Hana agar kedua temannya mau berkunjung ke rumahnya karena Hilwa mau menunjukkan sesuatu.

KONTEKS     :    HABIB MENDEKATI HILWA YANG SEDANG ASYIK DUDUK DAN MEMBACA BUKU
Habib              :    ”Sudah adzan Hil ,sholat yuk...”
Hilwa              :    “Sebentar Bang…tanggung nih…”
Ummi              :    ”Ayo Hil, kita sholat Dzuhur berjamaah”
Hilwa              :    ”Iya Ummi, Sebentar lagi deh...”
(Ummi/7/XVIII/Nov 2006)
                 Tuturan ”sudah adzan Hil, sholat yuk..” dan tuturan ”Ayo Hil, kita sholat Dzuhur berjamaah” yang diungkapkan oleh Habib dan Ummi kepada Hilwa termasuk dalam tindak tutur mengajak, karena tuturan tersebut berisi ajakan yang dilakukan oleh Habib dan Ummi kepada Hilwa agar dia mau sholat berjamaah.

KONTEKS     :    SETELAH SELESAI PEMOTONGAN, MEREKA PERGI MEMBAGIKAN HEWAN KURBAN BERSAMA-SAMA
Pak Ustad      :     ”Sudah selesai, ya? Yuk kita bagi-bagikan...”
Para santri      :     ”Yuuk”
(Ummi/08/XIX/Desember 2007)

                 Tuturan ”yuk kita bagi-bagikan” yang diungkapkan oleh pak ustad kepada para santri termasuk dalam tindak tutur mengajak, karena tuturan tersebut berisi ajakan yang dilakukan oleh pak ustad kepada para santri untuk membagi-bagikan hewan kurban yang telah selesai dibungkus.
3.  Tindak Tutur Ekspresif Memuji
                     Tindak tutur ekspresif memuji adalah tindak tutur yang dilakukan dengan maksud agar tuturannya diartikan sebagainya evaluasi tentang hal yang disebutkan dalam tuturan yang berisi pujian. Tuturan memuji adalah tuturan yang digunakan untuk melahirkan suatu penghargaan kepada sesuatu yang dianggap baik, indah, gagah, berani, dan sebagainya.

KONTEKS    :     SAAT BERADA DI DALAM RUMAH MEREKA (HILWA DAN HABIB), MEREKA MENUNJUKKAN IKAN PELIHARAANNYA KEPADA TETANGGA BARU MEREKA
    Rifki               :     ”Subhanallah... bagus sekali ikannya”
Habib             :     ”Kami punya peliharaan yang lain mau lihat!”
    (Ummi/5/XII/Sept-Okt/2000)

                                            Tuturan ”Subhanallah...bagus sekali ikannya” dituturkan oleh Rifki kepada Habib dan Hilwa tentang ikan peliharaan miliknya. Oleh karena itu, kutipan tersebut merupakan tindak tutur ekspresif memuji karena tuturan tersebut berisi pujian terhadap Hilwa dan Habib karena mereka mempunyai ikan peliharaan yang bagus sekali.

    KONTEKS     :    SESAMPAINYA DI RUMAH HILWA, KEDUA TEMANNYA MELIHAT BURUNG PELIHARAAN HILWA YANG ADA DI SANGKAR
    Teman 1          :    ”Subhanalloh... ada burung warna-warni lucu sekali...”
    Hilwa              :    ”Itu bukan burung warna-warni itu burung parkit”
    (Ummi/12/XIII/April-Juni 2002)

                                                Tuturan ”Subhanallah..ada burung warna-warni lucu sekali..” dituturkan oleh Teman Hilwa kepada Hilwa tentang burung peliharaan miliknya yang lucu sekali. Oleh karena itu, kutipan tersebut merupakan tindak tutur ekspresif memuji karena tuturan tersebut berisi pujian terhadap Hilwa karena dia mempunyai burung parkit peliharaan yang warna-warni dan lucu sekali.

    KONTEKS     :    HABIB PERGI MENUJU KAMARNYA DAN MEMBAWA SEBUAH SPANDUK KECIL YANG BERTULISKAN “SELAMAT TAHUN BARU 1425 H PERBAHARUI AMAL IBADAH KITA MENJADI LEBIH BAIK” KEMUDIAN SPANDUK ITU DITUNJUKKAN KEPADA HILWA DAN UMMINYA
Habib             :     “Ini dia rahasianya”
Hilwa             :     “Subhanallah.... bagus sekali...”
    (Ummi/9/XV/Feb-Maret 2004)


            Tuturan ”Subhanallah...bagus sekali...” dituturkan oleh Hilwa kepada Habib dengan maksud untuk memuji spanduk yang dibuat oleh Habib. Oleh karena itu kutipan tersebut termasuk tindak tutur ekspresif memuji karena tuturan tersebut berisi penghargaan atas hasil karya yang dibuat Habib.
    4.  Tindak Tutur Direktif Menyuruh
            Tuturan menyuruh merupakan tuturan yang termasuk dalam tindak ilokusi direktif. Tuturan menyuruh merupakan tuturan yang menyatakan tindakan. Ini dapat dijelaskan pada tuturan di bawah ini.

KONTEKS     :    UMMI MEMANGGIL HILWA YANG SEDANG ASYIK MEMBACA BUKU
Ummi             :     ”Hilwa... makan dulu sayang”
Hilwa             :     ”Sebentar Ummi...”
(Ummi/7/XVIII/Nov 2006)

                                        Tuturan ”Hilwa...makan dulu sayang” dituturkan oleh Ummi kepada Hilwa dengan maksud agar Hilwa mau makan karena tuturan tersebut dimaksudkan Ummi untuk menyuruh Hilwa makan, karena dia terlalu sibuk dengan membaca buku sampai dia lupa makan.
    5.  Tindak Tutur Direktif Meminta
            Tutuan meminta menimbulkan pengaruh kepada mitra tutur untuk melakukan suatu tindakan meminta, apakah itu dalam suatu perbuatan atau tuturan saja. Tuturan yang menunjukkan meminta terdapat pada data berikut.

KONTEKS       :    HABIB DAN HILWA  SEDANG ASYIK BERBICARA DI DEPAN HALAMAN RUMAH
Tetangga baru 1:    ”Assalamualaikum....
                               boleh kami berkenalan”
Hilwa                :    ”Waalaikumussalam
                                       tentu saja boleh...”
 (Ummi/5/XII/Sept-Okt/2000)
                 Tuturan ”boleh kami berkenalan” dituturkan oleh tetangga baru 1 kepada Hilwa dengan maksud meminta berkenalan. Oleh sebab itu, kutipan tersebut merupakan tindak tutur direktif meminta.
    6.  Tindak Tutur Ekspresif Mengkritik
            Tindak tutur ekspresif mengkritik adalah tindak tutur yang dilakukan dengan maksud agar tuturannya diartikan sebagai evaluasi tentang hal yang disebutkan di dalam tuturan yang berisi kritikan. Tuturan mengkritik adalah tuturan yang berupa tanggapan, kadang-kadang disertai uraian dan pertimbangan baik buruk terhadap suatu hasil karya, pendapat dan sebagainya.

KONTEKS       :    HILWA DAN KEDUA TEMANNYA SEDANG MENGAMATI BURUNG-BURUNG YANG ADA DI SANGKAR
Hilwa                :    ”Aku paling suka yang warna biru itu!”
Teman 1            :    ”Kalau aku yang kuning”
Teman 2            :    ”Aku yang merah!”
Hilwa                :    ”Loh...loh...loh...,memangnya ini burung siapa?”
Teman 1            :    ”Ah Hilwa...”
(Ummi/12/XIII/April-Juni 2002)

                                            Tuturan di atas yang menunjukkan tindak ilokusi ekspresif mengkritik terdapat pada tuturan Hilwa ”Loh...loh...loh..., memangnya ini burung siapa?” maksudnya penutur mengkritik kepada kedua temannya bahwa mereka tidak perlu berebut karena burung yang mereka perebutkan itu adalah burung milik Hilwa.

KONTEKS       :    HABIB MENDEKATI HILWA YANG SEDANG ASYIK MEMBACA BUKU
Habib                :    ”Hilwa kok Nembak terus sih?”
Hilwa                :    ”Nembak?”
Habib                :    ”Jawabannya dari tadi, tar... tar ... tar ... sebentarrr...”
Hilwa                :    ”He...he...bang Habib ada-ada saja...”
(Ummi/7/XVIII/Nov 2006)

                                            Tuturan di atas yang menunjukkan tindak tutur ilokusi ekspresif mengkritik  terhadap tuturan ”Hilwa kok Nembak terus sih?” , maksudnya penutur mengkritik kepada Hilwa (mitra tutur) bahwa dia dari tadi hanya menjawab tar..tar..seperti menembak.

KONTEKS       :    HABIB MENDEKATI HILWA KEMUDIAN MENGAJAKNYA SHOLAT BERJAMAAH NAMUN HILWA TETAP MENGATAKAN KATA TAR..TAR..
Habib                :    ”Kalau nunggu selesai baca buku sih bukan sebentar dong...”
Hilwa                :    ”Iya...iya...aku mau sholat deh”
(Ummi/7/XVIII/Nov 2006)

                                            Tuturan di atas yang menunjukkan tindak ilokusi ekspresif mengkritik terhadap pada tuturan Habib ”Kalau nunggu selesai baca buku sih bukan sebentar dong..” maksudnya penutur mengkritik kepada Hilwa (mitra tutur) bahwa menunggu selesai membaca buku itu bukan waktu yang sebentar.
                               KONTEKS       :    HILWA DAN KEDUA TEMANNYA SEDANG BERCAKAP-CAKAP DI TAMAN MEMBICARAKAN TENTANG PERMINTAAN HILWA KEMUDIAN MEREKA BERJALAN MENUJU RUMAH HILWA
Hilwa                :    ”Kalau kalian nggak mau nggak apa-apa koq”
Teman 1            :    ”Deuuu..., Ngambek niye...!”
Teman 2            :    ”Kalau cemberut begitu Hilwa jadi tambah...”
Teman 1            :    ”Tambah Lucu!”
Hilwa                :    ”Idiih... Kalian sih begitu!”
(Ummi/12/XIII/April-Juni 2002)
                                            Tuturan di atas menunjukkan tindak ilokusi ekspresif mengkritik terdapat pada tuturan ”Deuuu...,Ngambek niye...!” , ”Kalau cemberut begitu Hilwa jadi tambah...” , ”Tambah Lucu!” maksudnya penutur mengkritik kepada Hilwa (mitra tutur) bahwa Hilwa kalau cemberut mukanya jadi tambah lucu. Maksud penutur yaitu Hilwa tidak perlu ngambek, karena penutur hanya bercanda.

B.   Fungsi Tindak Tutur Ilokusi dalam Majalah Ummi
1.    Fungsi Kompetitif
Pada fungsi kompetitif dalam majalah Ummi, ditemukan tuturan meminta yang dapat dijelaskan sebagai berikut.
Fungsi Kompetitif Meminta
            Fungsi tuturan meminta termasuk fungsi kompetitif karena melibatkan sopan santun. Di bawah ini merupakan kutipan fungsi kompetitif meminta.

KONTEKS       :    PARA SANTRI MEMBANTU PAK USTAD SAMPAI DENGAN PROSES PEMOTONGAN
Pak Ustad         :    ”Adik-adik... bantu kakak memasukkan daging-daging ini ke dalam kantong plastik, ya...”
Santri 3              :    ”Iya, kak”
 (Ummi/08/XIX/Desember 2007)

Fungsi dari tuturan tersebut adalah kompetitif meminta. Tuturan tersebut meminta tolong kepada para santri untuk membantunya memasukkan daging ke dalam kantong plastik. Tuturan ini melibatkan sopan santun karena mengandung tuturan yang diperhalus. Tuturan tersebut terdapat pada adik-adik..bantu kakak memasukkan daging-daging ini ke dalam kantong plastik, ya...
2.  Fungsi Bekerja Sama
Selain fungsi kompetitif, pada tuturan ini ditemukan pula fungsi bekerja sama yaitu mengumumkan. Tuturan tersebut dapat ditunjukkan pada data berikut.
Fungsi Bekerja Sama Mengumumkan
KONTEKS          :     SEUSAI MENGAJI  KETIKA PARA SANTRI HENDAK PULANG,  PAK USTAD BERCAKAP-CAKAP DENGAN MEREKA
Pak Ustad            :     ”Adik-adik Idul Adha nanti kita akan berkurban dilokasi pembuangan sampah...”
Santri 1 dan 2       :     ”Kok di tempat sampah?”
Pak Ustad                  :     ”Bukan di tempat sampahnya, tapi di perumahan pemulung dekat situ...”
Santri 1 dan 2       :     ”Ooo... Kirain di tempat sampah”
(Ummi/08/XIX/Desember 2007)

Fungsi tuturan tersebut adalah mengumumkan kepada para santri bahwa pemotongan hewan kurban kali ini akan diadakan di perumahan pemulung dekat tempat pembuangan sampah. Tuturan tersebut mengumumkan sehingga di sini tuturan tersebut tidak melibatkan sopan santun akan tetapi memiliki tujuan sosial.
3.  Fungsi Menyenangkan
Selain fungsi kompetitif dan fungsi bekerja sama, pada tuturan ini ditemukan pula fungsi menyenangkan yaitu menawarkan. Tuturan tersebut terdapat pada data di bawah ini.
Fungsi Menyenangkan memberikan penawaran
KONTEKS          :      PAK USTAD SEDANG BERBICARA DENGAN PARA SANTRI
Pak Ustad            :      ”Siapa saja nanti yang mau ikut kesana?”
Santri 3                 :      ”Aku..”
Santri 2                 :      ”Aku..”
Santri 1                 :      ”Aku juga mau...”
(Ummi/08/XIX/Desember 2007)
Tuturan tersebut mengandunng fungsi menyenangkan yaitu menawarkan.

BAB V
PENUTUP

A.   Simpulan
Berdasarkan pembahasan dan data yang penulis peroleh dapat disimpulkan bahwa jenis tindak tutur ilokusi dalam komik serial anak Islam di majalah Ummi yaitu tindak tutur representatif melaporkan, tindak tutur direktif mengajak, tindak tutur ekspresif memuji, tindak tutur direktif menyuruh, tindak tutur direktif meminta, tindak tutur ekspresif mengkritik. Sedangkan fungsi tindak tutur ilokusi dalam komik serial anak Islam di majalah Ummi adalah fungsi kompetitif meminta, fungsi bekerja sama mengumumkan, fungsi menyenangkan memberikan penawaran.

B.   Saran
Dari simpulan tersebut dapat dikemukakan saran sebagai berikut.
1.  Komikus hendaknya dapat memanfaatkan dan memperhatikan teori pragmatik, khususnya tuturan ilokusi dengan baik sehingga dapat memberikan pengetahuan kepada pembacanya dengan cara yang menarik dan menghibur.
       2.  Peminat penelitian bahasa hendaknya dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai inspirasi dalam penelitian selanjutnya dengan kajian yang berbeda.

DAFTAR PUSTAKA

Rustono. 1999. Pokok-Pokok Pragmatik. Semarang: IKIP Semarang Press.
Tarigan, HG. 1990. Proses Belajar Mengajar Pragmatik. Bandung: Angkasa.
Wijana, I Dewa Putu. 1996. Dasar-Dasar Pragmatik. Yogyakarta: Andi Offset.
Mahsun. 2007. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya, Ed.Revisi,3. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Majalah Ummi No.5/XII September-Oktober 2000
Majalah Ummi No.12/XIII April-Juni 2002
Majalah Ummi No.9/XV Februari-Maret 2004
Majalah Ummi No.7/XVIII November 2006
Majalah Ummi No.08/XIX Desember 2007
LihatTutupKomentar