Hakikat Manusia Menurut Islam, Ilmuwan Barat, dan Pancasila

Pada kesempatan ini saya akan berbagi teori mengenai hakikat manusia menurut Islam, ilmuwan barat, dan Pancasila. Semoga informasi ini bermanfaat bagi Anda yang sedang mengerjakan tugas sekolah, kuliah, dan sebagainya:


Hakikat Manusia Menurut Pandangan Agama (Islam)

Manusia adalah makhluk paling sempurna yang pernah diciptakan oleh Allah swt. Kesempurnaan yang dimiliki manusia merupakan suatu konsekuensi fungsi dan tugas mereka sebagai khalifah di muka dumi ini. Al-Quran menerangkan bahwa manusia berasal dari tanah. Menurut konsep Islam, bahwa manusia itu diciptakan dari intisari tanah dan berkembang dalam kandungan ibu. Menurut evolusi mani, darah, daging dan tulang. Setelah masa empat bulan perkembangan, diembuskanlah ke dalamnya roh atau jiwa. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Quran Surat Nuh ayat 141; Surat Al-Mukminun ayat 12-16; dan Surat Al-Sajdah ayat 7-9;serta hadits Nabi Muihammad SAW, yang berbunyi :
انّ احدكم يجمع خلقه في بطن امّه اربعين يوما نطفة ثم ّ يكون علقة مثل ذلك
ثمّ يكون مضغة مثل ذلك ثم ّ يرسل اليه الملك فينفخ فيه الرّوح - رواه البخاري ومسلم -

Artinya: :
Kamu diciptakan dalam kandungan ibu empat puluh hari mani, selama itu pula gumpalan darah, dan selanjutnya selama itu pula gumpalan daging, kemudian dikirimkanlah malaikat dan ia embuskan ke dalamnya roh… (Al-Hadits).

Dengan demikian, manusia tersusun atas dua unsur, yaitu unsur materi, yakni tubuh yang berasal dari intisari tanah di alam materi (di bumi ini), dan unsur immateri, yakni jiwa yang berasal dari alam immateri atau alam gaib. Tubuh akan kembali ke tanah dan jiwa akan kembali ke alam gaib atau alam rohani.

Dalam al-quran istilah manusia ditemukan tiga pengertian yang berbeda dengan makna manusia. Akan tetapi memilki substansi yang berbeda yaitu kata basyar (biologis), insan (psikologis), dan al-nas (makhluk sosial).
Sebenarnya manusia itu terdiri dari 3 unsur yaitu:
1.    Jasmani.
      Terdiri dari air, kapur, angin, api, dan tanah.
2.    Ruh
      Terbuat dari cahaya (nur). Fungsinya hanya untuk menghidupkan jasmani saja.
3.    Jiwa (an nafsun/rasa dan perasaan).

Manusia memiliki fitrah dalam arti potensi yaitu kelengkapan yang diberikan pada saat dilahirkan ke dunia. Potensi yang dimiliki manusia dapat dikelompokkan pada dua hal yaitu potensi fisik dan potensi rohani.

Ibnu Sina yang terkenal dengan filsafat jiwanya menjelaskan bahwa manusia adalah makhluk sosial dan sekaligus makhluk ekonomi. Manusia adalah makhluk sosial untuk menyempurnakan jiwa manusia demi kebaikan hidupnya, karena manusia tidak hidup dengan baik tanpa ada orang lain. Dengan kata lain manusia baru bisa mencapai kepuasan dan memenuhi segala kepuasannya bila hidup berkumpul bersama manusia lainnya.

Di masa lampau umat Islam lebih mengutamakan keindahan rohani dengan ketinggian akal dan kesucian hatinya. Gambaran manusia menurut al-quran, sebagai berikut:
manusia merupakan makhluk pilihan (QS.20 : 122),
dijadikan dalam bentuk sebaik-baiknya (QS. 95:4),
  • manusia dikaruniai pembawaan yang mulia dan bermartabat (QS.17:70),
  • dibandingkan dengan makhluk lain, manusia memiliki kapasitas intelegensi yang paling tinggi (QS.2:31-33),
  • manusia mempunyai kecenderungan dekap kepada Tuhan dan sadar akan kehadiran-Nya jauh di dasar sanubarinya, penyimpangan dan keingkaran kepada-Nya muncul ketika ia menyimpang dari fitrahnya (QS.7:127;30;43),
  • manusia memiliki kesadaran moral yang dapat membedakan baik dan jahat melalui inspirasi fitri yang ada padanya (QS.61:7-8),
  • segala bentuk karunia duniawi diciptakan untuk kepentingan manusia, karenanya manusia berhak memanfaatkannya dengan cara yang sah (QS. 2:29; 45:13),
  • jiwa manusia tidak akan pernah damai, kecuali dengan zikir atau mengingat Allah (QS.13 28; 84:6),
  • setiap realita yang tersembunyi akan dihadapkan kepada manusia setelah ia meninggal dan selubung rohnya disingkapkan (QS.50:22),
  • manusia diciptakan oleh Allah dalam keadaan baik sejak awal (QS.30:30),
  • manusia diberi kebebasan, kemauan, bebas untuk memilih tingkah lakunya sendiri (QS.18:29)


Hakikat Manusia Menurut Pandangan Ilmuwan Barat

Pandangan Psiko Analitik dari S. Freud
Menurut Freud, secara hakiki keperibadian manusia terdiri dari tiga komponen yaitu Id, ego, dan superego. Istilah lain juga dipakai yaitu Id = das es, dan ego = das ich, serta superego = dan uber ich. Selanjutnya dijelaskan bahwa Id meliputi berbagai jenis keinginan, dorongan, kehendak, dan insting manusia yang mendasari perkembangan individu, yang sering juga disebut libido seksual atau dorongan untuk mencapai kenikmatan hidup. Di dalam Id itu terdapat dua unsur yang paling utama yaitu seksual dan sifat agresif sebagai daya penggerak kejiwaan/tingkah laku manusia. Ego berfungsi untuk menjembatani antara Id dengan dunia luar dari individu itu.

Pandangan Humanistik
Pandangan humanistik ini ditokohi oleh: Roger, Hansen, Adlet, dan Martin Buber. Human artinya manusia, yaitu memahami secara hakiki keberadaan manusia, oleh manusia, dan dari manusia berdasarkan rasio (pemikiran manusia). Pandangan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Dalam batas tertentu manusia punya otonomi untuk menentukan nasibnya
b. Manusia bukan makhluk jahat atau baik, tetapi ia punya potensi untuk keduanya
c. Manusia adalah makhluk yang bertanggung jawab atas perbuatannya
d. Manusia makhluk yang senantiasa akan menjadi terus berusaha, dan tak pernah  
    sempurna

Pandangan Behavioristik
Pandangan ini menjelaskan bahwa behavior (tingkah laku) manusia ditentukan oleh pengaruh lingkungan yang dialami individu yang bersangkutan. Lingkungan adalah penentu tunggal dari behavior manusia. Jika ingin mengubah tingkah laku manusia, perlu di persiapkan kondisi lingkungan yang mendukung kearah itu.

Hakikat Manusia Menurut Pandangan Pancasila
Kodrat manusia merupakan keseluruhan sifat-sifat asli, kemampuan-kemampuan atau bakat-bakat alami, kekuasaan, bekal disposisi yang melekat pada kebaradaan/eksistensi manusia sebagai makhluk pribadi sekaligus makhluk sosial ciptaan Tuhan YME. Harkat manusia adalah nilai manusia sebagai makhluk Tuhan yang memiliki kemampuan-kemampuan yang disebut cipta, rasa, dan karsa. Derajat manusia adalah tingkat kedudukan atau martabat manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang memiliki bakat, kodrat, kebebasan hak, dan kewajiban asasi.

Pancasila memandang sudut pandang hakikat manusia sebagai berikut:
  Monodualistik dan Monopluralistik
  Keselarasan, keserasian, dan keseimbangan
  Integralistik, kebersamaan, dan kekeluargaan

Jadi, konsep manusia Indonesia  seutuhnya dikembangkan atas pandangan hidup bangsa Indonesia yakni pancasila, yang menganut paham integralistik disesuaikan dengan struktur sosial masyarakat yang memiliki Bhinneka Tunggal Ika (sudut pandang dari integralistik, kebersamaan, dan kekeluargaan). Kemudian dengan pandangan hidup pancasila, pengembangan manusia Indonesia seutuhnya diusahakan agar hidup selaras, serasi, dan seimbang dalam konteks hubungan manusia dengan ruang lingkupnya (sudut pandang keselarasan, keserasian, dan keseimbangan). Dan selanjutnya, sesuai dengan dasar pengendalian diri dalam mengejar kepentingan pribadi, maka manusia Indonesia yang mendasarkan diri pada pandangan hidup pancasila dalam mewujudkan tujuan hidupnya (monodualistik), sedangkan monopluralistik,  yaitu tujuan hidup tersebut senantiasa dijiwai oleh pancasila).

Kedudukan manusia dihadapan Tuhan adalah sama yaitu memiliki harkat dan martabat sebagai manusia mulia. Paulus Wahana (dalam H.A.R. Tilaar. 2002 : 191) mengemukakan gambaran manusia pancasila sebagai berikut :
  1. Manusia adalah makhluk monopluralitas yang memungkinkan manusia itu dapat melaksanakan sila-sila yang tercantum di dalam pancasila.
  2. Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang tertinggi yang dikaruniakan memiliki kesadaran dan kebebasan dalam menentukan pilihannya.
  3. Dengan kebebasannya manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan dapat menentukan sikapnya dalam hubungannya dengan pencipta-Nya.
  4. Sila pertama menunjukkan bahwa manusia perlu menyadari akan kedudukannya sebagai ciptaan Tuhan Yang Mahakuasa dan oleh sebab itu harus mampu menentukan sikapnya terhadap hubungannya dengan pencipta-Nya.
  5. Manusia adalah otonom dan memiliki harkat dan martabat yang luhur.
  6. Sila kedua yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab menuntut akan kesadaran keluhuran harkat dan martabatnya yaitu dengan menghargai akan martabat sesama manusia.
  7. Sila persatuan Indonesia berarti manusia adalah makhluk sosial yang berada di dalam dunia Indonesia bersama-sama dengan manusia Indonesia lainnya.
  8. Manusia haruslah dapat hidup bersama, menghargai satu dengan yang lain dan tetap membina rasa persatuan dan kesatuan bangsa yang kokoh.
  9. Manusia adalah makhluk yang dinamis yang melakukan kegiatannya bersama-sama dengan manusia Indonesia yang lain.
  10. Sila keempat atau sila demokrasi dituntut manusia Indonesia yang saling menghargai, memiliki kebutuhan bersama di dalam menjalankan dan mengembangkan kehidupannya.
  11. Dalam sila kelima manusia Indonesia dituntut saling memiliki kewajiban menghargai orang lain dalam memanfaatkan sarana yang diperlukan bagi peningkatan taraf kehidupan yang lebih baik.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa manusia Pancasila adalah manusia yang bebas dan bertanggung jawab terhadap perkembangan dirinya sebagai individu dan perkembangan masyarakat (makhluk sosial) Indonesia. Manusia ciptaan Tuhan Yang Mahakuasa dianugerahi kemampuan atau potensi untuk bertumbuh dan berkembang sepanjang hayat.
LihatTutupKomentar